MPM Kembali Menggelar Perhelatan Akbar Pesantren Ramadhan

KEMBALI1], UKM LDK MPM UNHAS akan melangsungkan perhelatan akbar tahunan dalam bulan Ramadhan, pesantren Ramadhan. Kegiatan akbar ini insya Allah akan berlangsung selama 2 hari, Selasa pagi sampai Rabu sore, 18-19 Ramadhan 1433 atau 7-8 Agustus 2012. Acara yang dikawangi para tokoh mahasiswa Muslim ini akan mengambil tempat di lantai 3 mesjid Kampus Unhas untuk mahasiswa laki-laki dan aula lantai 1 untuk peserta perempuan. Sebagai satu-satunya organisasi dakwah yang dibawahi langsung Universitas, acara secara resmi akan dibuka oleh wakil rektor III. Juga akan turut hadir Ketua Umum LDK MPM untuk memberikan sambutan hangat bagi segenap peserta.
Dari tahun ke tahun, pesantren Ramadhan selalu diramaikan oleh mahasiswa dari berbagai pulau di Nusantara. Bahkan untuk kegiatan sejenis, juga pernah ada mahasiswa mancanegara. Mereka tampak antusias. Tahun lalu misalnya, seorang peserta dari Aceh mengatakan, ia sangat tertarik dengan kegiatan pesantren ini, dan kegiatan-kegiatan lain yang digawangi MPM. Karena itu, lanjutnya, ia sangat ingin menjadi anggota atau pengurus MPM.
Wakil rektor III sendiri selaku ‘ayahanda’ yang senantiasa mendampingi ‘anak-anak’ MPM menaruh perhatian besar terhadap perkumpulan para pencinta Islam ini. Hampir tidak ada kegiatan yang tidak beliau hadiri jika telah diundang terlebih dahulu. Jika beliau berhalangan, belum pernah beliau tidak mengirim utusan. Minimal untuk membawakan sambutan sekaligus permintaan maaf beliau karena tak dapat hadir.
Besarnya perhatian orang penting sekelas wakil rektor III tentu bukan tanpa alasan. Sepanjang sejarahnya, MPM telah menelurkan kader-kader mahasiswa yang berdaya guna bagi lingkungan sekitarnya. Dalam hal prestasi misalnya, tidak sedikit kader MPM yang meraih prestasi gemilang. Diantara mereka ada yang sejak semester satu sampai semester akhir, hampir tidak pernah dilihat ditranskrip nilainya selain nilai A. Kecuali beberapa. Beberapa kader juga banyak terlibat di senat dan himpunan mahasiswa. Mereka aktif menyelenggarakan seminar-seminar baik nasional maupun internasional dengan berbagai topik.
Namun, prestasi yang gilang gemilang itu bukan tanpa sebab. Laksana buah, tidak mungkin ia muncul dari pohon yang tidak dirawat. Tidak mungkin buah manis nan segar lagi mengenakkan pandangan keluar begitu saja dari perut bumi, tanpa pohon yang disemai, tanpa akar yang diairi, atau tanpa tanah yang dibersihkan dari segala gulma. MPM, dalam upaya mencetak ‘buah manis’ itu, sejak kaki pertama mahasiswa menginjak pintu kampus, terus-menerus dilakukan pembinaan. Baik perpekan, perbulan, ataupun pelatihan-pelatihan dasar yang sangat dibutuhkan sang mahasiswa ideal. Ujung dari semua itu, yang semuanya bermula dari pemahaman agama yang benar, adalah munculnya generasi-generasi yang memiliki pandangan benar terhadap agamanya. Pandangan yang benar terhadap manusia dan segala kebutuhannya. Pandangan yang benar terhadap dunia dan segala isinya, Dan untuk mencapai itu semua tidaklah memberatkan, melainkan sangat menyenangkan. Salah satunya melalui pesantren Ramadhan.
Sebagai pintu pertama ‘masuk’ MPM, kegiatan ini dirancang sebaik mungkin. Materi-materi telah dipersiapkan dengan matang dan menarik. Keluar dari pesantren Ramadhan, semua peserta insya Allah telah memiliki bekal yang siap untuk menyelami samudera kampus yang tak bertepi. Yang ombaknya tak kepalang tanggung. Semua insya Allah bisa dihadapi dengan bekal keilmuwan Islam yang memadai. Dan sebagai langkah awal, MPM dengan bangga mempersembahkan: Pesantren Ramadhan! Biquwwatillahi ta’ala





[1] Insya Allah.
 

Futur Oh Futur

malas datang pengajian tiap pekan karena banyak alasan
kuliahlah, lelahlah, kerjalah, sibuklah, inilah, itulah
jarang baca buku Islam, karena sedang suka koran
dulu tilawah tidak pernah ketinggalan
sekarang satu lembar sudah lumayan
tilawah sudah tidak berkesan
nonton film korea, malah ketagihan
futur oh futur…
sholat malam mulai tidak teratur
ba'da shubuh jarang tafakkur
salam kanan kiri, kembali mendengkur
apalagi waktu libur, sampai hampir dzuhur
perut semakin buncit, karena pangsit
kalo infaq mulai sedikit karena virus pelit
shaum sunnah serasa sulit
karena takut perut terlilit
futur oh futur…
tak lagi pandai bersyukur, disanjung jadi senang, dikritik jadi murung
inilah futur…
malas mengurus dakwah, musyawarah jadi ogah
orang lain dibikin susah, rajin bikin ikhwa marah
karena pinjam sandal bagai dijarah
eh…malah…sedikit muhasabah
ditambah lagi sering mengghibah
ini memang futur…
Mengapa kita futur......???
mengapa tidak ada satu ikhwa pun yang menegur dan menghibur??
kenapa batas-batas mulai mengendur??
pura-pura dan basa basi tumbuh subur??
Gosip dan majelis sia-sia menjamur??
kenapa kita sudah tidak jujur??
kenapa ukhuwah di antara kita sudah mulai luntur??
Sementara kita hanya pandai bertutur??
kita tahu inilah futur!
sedikit dzikir, kebanyakan tidur
belajar ngawur, IP pun jadi hancur
saudara-saudara tak ada yang tegur.
Akhirnya...
ati beku, otak ngelantur
lisan ngawur, agenda diulur,
mikirin orang selalu hancur, diri sendiri tak pernah diukur
angan-angan duduk di kursi goyang,
perut kenyang, hati melayang
mulut sibuk ngomongin orang
aib sendiri tidak terbayang
bangun qiyam sering ditinggal
otak bebal banyak mengkhayal
sudah lupa yang namanya ajal
futur oh futur…
sudah sok tahu, senang dipuji
ngomong sok suci, kayak murrabi
nggak ngaca diri sendiri
futur oh futur…
Orangnya jadi gegabah
petantang petenteng merasa gagah
mengaku-ngaku diri ikhwah kalau muhasabah
sadarlah… diri ini nggak beda sama sampah
Ya Allah..
berikan hambaMu ini pelipur
agar kita tidak semakin futur
apalagi sampai tersungkur...

Oleh:
Samsuar Hamka
(Alumni Universitas Negeri Makassar)
Diadopsi dari “Ane Lagi Futur” Karya Muhammad Raditya Nugraha
 

Menengok Kembali Sejarah Nusantara

Tidak akan ada peradaban yang bangkit jika para pengusungnya terputus dari masa lalu mereka, dan tidak bangga dengan identitas yang mereka miliki
(Muhammad Assad)
Deklarasi organisasi rahasia, Freemason tahun 1717 menunjukkan ambisi yahudi zionis untuk menguasai dunia. Salah satunya adalah menghancurkan semua agama yang menjadi ancaman. Bangsa yahudi (zionis) menganggap selain bangsanya sama saja dengan kambing – kambing perahan yang harus dibinasakan. Hal itu tercantum dalam kitabnya : “Taklukanlah mereka, binasakanlah, mereka akan mengambil hakmu, engkau adalah setinggi-tinggi bangsa, seumpama menara yang tinggi. Gunakanlah hatimu ketika menghadapi saudara – saudaramu, karena mereka itu keturunan Yaqub, keturunan Israel. Buanglah hatimu ketika menghadapi lawanmu karena mereka itu bukan sekali-kali saudaramu, mereka adalah kambing-kambing perahan dan harta mereka adalah hartamu, rumah mereka adalah rumahmu, tanah mereka adalah tanahmu.”(Syer Talmud Qaballa XI :45)
Isi kitab suci di atas menjadi landasan gerakan mereka dalam mencapai tujuan. Ini pula yang mendasari kebengisan dan kebiadaban mereka ketika berhadapan dengan musuh-musuhnya[2]. Cita-cita itu tidak lain menguasai dunia dengan mengembalikan bangunan Haikal Sulaiman yang terletak di Masjid Al-Aqsha, di kota Al-Quds (Yerussalem), mengibarkan bendera Israel, serta mendirikan pemerintahan Zionis Internasional. Program – program pun disusun dalam 24 protokol zionis yang diantara isinya antara lain menghancurkan agama, merusak sistem yang ada, mengacak – acak kehidupan perpolitikan setiap Negara.
Salah satu sarana untuk mencapai tujuan itu adalah pendidikan. Dari pendidikanlah, karakter serta pola pikir seseorang dibentuk. Serangan melalui pendidikan ini pun membuahkan hasil, seperti terbentuknya mental peserta didik yang lemah, dan bercita-cita sebatas kedudukan dan kelimpahan-kelimpahan berorientasi duniawi.
Mari kita analisis lebih dalam. Dari kecil pola pikir kita telah dibentuk untuk selalu kecil dan selalu di bawah. Bahkan sampai ke tingkat perguruan tinggi pun kita hanya diajarkan “rajin – rajin belajar ya… biar lulus cumlaude, nanti bisa jadi guru teladan”. Ini adalah salah bentuk pengerdilan pola pikir. Ungkapan di atas mari kita sedikit rubah-agar lebih menantang-, “rajin – rajin belajar ya, kuasai semua bidang ilmu-mu, nanti dirikan sekolah internasional dengan basis Al-qur’an, bangun sistem pendidikan dengan pedoman al-qur’an sampai semua bangsa belajar di sekolah kita, karena sekolah terbaik di dunia”. Kita berbicara tentang visi. Visi adalah bagian dari gambaran mentalitas seseorang. Sejauh mana visinya sebegitu pula mentalitas mereka. Tak heran jika penyapu jalan, tukang becak, pemulung dan lain-lain ketika ditanya, cita-cita mereka tidak akan jauh dari keadaan mereka saat itu.
Mengapa demikian yang terjadi ?. Kalau kita runut, semua berawal penjajahan di bumi pertiwi. Bangsa zionis yang menjajah tidak hanya mengambil potensi emas (sumber daya alam), tapi dia juga menjajah potensi berpikir (hegemoni). Akhirnya penjajahan itu mengkristal dan menjadi lingkaran setan (ring of devil) yang terus berlanjut hingga sekarang.
Dari segi materi pembelajaran pun zionis tidak mau ketinggalan. Memutar balik fakta sejarah adalah satu bagian dari agenda panjang mereka. Sejarah dirakit sesuai kebutuhan, fakta – fakta yang bisa memberikan ancaman dihapus dan tidak dimasukkan ke dalam kurikulum, seperti pada kasus hari Kebangkitan Nasional.
Dalam pelajaran sejarah mulai dari SD hingga SMA bahkan sampai di Perguruan Tinggi, pelopor pergerakan nasional yang kita ketahui adalah “Boedi Oetomo”.  Didirikan pada tanggal 20 Mei 1908 oleh kaum intelektual yang pada waktu itu sedang mengenyam pendidikan kedokteran di School tot Opleiding van Inlandsche Artsen (STOVIA) dengan motor penggeraknya antara lain adalah Soetomo, Goenawan Mangoenkoesoemo, Goembrek, Saleh, dan Soeleman. Organisasi ini menitikberatkan pada aspek pendidikan. Mereka mengusulkan beberapa tuntutan kepada pemerintah Hindia Belanda untuk melakukan perbaikan dalam berbagai hal berkaitan dengan upaya peningkatan pendidikan ke seluruh lapisan masyarakat, tidak hanya untuk golongan priyayi saja. Sehingga organisasi ini dianggap tidak berbahaya oleh pemerintahan kolonial waktu itu karena gerakannya masih bersifat lokal atau kedaerahan.
Ditinjau dari fakta sejarah tentang organisasi pergerakan nasional secara benar, harusnya Sarekat Dagang Islam-lah yang lebih tepat disebut sebagai pelopor berdirinya organisasi nasional. Sejarah menunjukkan bahwa awal berdirinya organisasi yang ada di Indonesia tidak lepas dari perjuangan umat Islam. Di Jakarta pada 17 Juli 1905 berdiri perkumpulan al-Jam’iyat al-Khairiyah[3]. Organisasi ini adalah wahana untuk mendirikan sekolah dasar untuk masyarakat Arab dengan kurikulum yang sudah modern. Kemudian pada 16 Oktober 1905 berdiri Sarekat Dagang Islam (SDI) oleh H Samanhudi, seorang saudagar Muslim di Solo. Sarekat Dagang Islam berawal dari dominasi pedagang-pedagang Cina yang menguasai perdagangan pribumi sehingga organisasi ini ingin menghalau perdagangan yang tidak sehat itu. Pedagang pribumi menjadi korban penguasaan para pedagang Cina sampai sekarang. Mereka terus bercokol dalam perdagangan dan bersaing dengan para pedagang pribumi.
Tak cukup sampai disitu. Agenda penghilangan jatidiri bangsa oleh zionis merambah sampai pada distorsi sejarah. Seperti masuknya Islam di Indonesia.  Informasi yang dipahami selama ini, islam masuk ke indonesia pada abad ke-13 M. Padahal fakta sejarah menunjukkan, Islam masuk ke indonesia pada abad ke-7 M, tepatnya pada masa kekhalifan Utsman bin Affan dan yang lebih luar biasa lagi ternyata Kerajaan Sriwijaya di abad ke-6 M sudah menjalin kerja sama perdagangan dengan seorang arab yang bernama Ahmad (Muhammad) yang setelah itu menjadi Rasul penutup nabi – nabi[4]. Ini dapat kita peroleh dari referensi karangan Ahmad Mansur Surya Negara,´Menemukan Sejarah’ dan karangan Buya Hamka –rahimahullah ajma’in-.
Pemutarbalikan fakta sejarah ini berdampak begitu signifikan bagi generasi muda saat ini. Dampaknya adalah lahirnya generasi yang tak tahu identitasnya dan tak tahu sejarah masa lalunya. Tinggallah generasi yang kebingungan, kemana mereka hadapkan kiblat kehidupannya. Tidak tahu warisan sejarah, dan bingung menghadapi masa depan, acuh tak acuh dan tidak perlu pusing dengan urusan orang lain.
Bahkan kenyataan pahit itu pun selanjutnya membawa dampak-dampak lain yang lebih besar. Pesantren yang dulunya merupakan Laboratorium Perjuangan, rahim para mujahid, tempat lahirnya para pemimpin serta pejuang bangsa, sekarang hanya menjadi tempat menghafal Al-qur’an tanpa pengamalan, serta fanatik kepada figuritas ustadz. Sibuk dengan kitab kuning, terlena dengan perdebatan nahwu[5] tapi melupakan hakikat islam dan jihad. Semua ini merupakan sebuah prestasi gemilang Dr. Snouck Hurgronje seorang yahudi belanda yang berhasil memecah belah ulama dan mewariskan referensi yang telah terdistorsi hingga menjadi pil pahit yang mau tidak mau harus ditelan oleh umat islam sekarang.
Itulah sekelumit tentang keikutsertaan yahudi (zionis) dalam masalah pendidikan di bumi pertiwi ini. Semoga tulisan-yang hanya beberapa bait- bisa menjadi pemicu adrenalin untuk terus mempelajari sejarah bangsa. Mengkaji dan menelaah  warisan emas para pendahulu. Agar kita mengetahui identitas sejati bangsa. Serta bangga dengan identitas tersebut. Akirnya peradaban itu akan bangkit dan memimpin dunia sebagaimana berjayanya ratusan tahun silam. Islam pernah memimpin hampir seluruh dataran dunia. Benua Eropa dan Seluruh Benua Afrika hingga Asia selama kurang lebih 700 tahun. Kita rindu akan hal itu terulang kembali. Entah kapan waktunya. Kita hanya ingin menjadi donatur yang dapat berkontribusi dalam pembangunan peradaban agama dan bangsa. Karena sampai saat ini kita sementara berusaha untuk menemukan kembali kunci pintu peradaban yang telah hilang itu. ternyata, kita dapatkan kuncinya ada pada kualitas diri yang berlandaskan aqidah shahihah berpatron Al-Qur’an dan as-Sunnah. Ternyata tidak perlu jauh-jauh, perubahan  itu ada disini. Ya… Tunjukkan jari telunjuk anda ke diri sendiri. Di situlah kunci peradaban sebenarnya.
Jika hari ini kita sibuk dengan buku-buku dan laboratorium. Sibuk dengan diskusi dan aktivitas ilmiah lainnya, tidak punya banyak waktu kecuali dengan Al-Qur’an dan memperbaiki tajwid, buku-buku tafsir, hadits, ensiklopedia dan yang lainnya, maka kita sebenarnya telah memiliki kunci itu. Akan tetapi jika hari kita hanya sibuk dengan SMS-an ria, gombal dan lebay dan FB-an yang tak kunjung usai, serta menikmati nikmatnya kasur empuk sepanjang hari. Maka tutuplah mata anda dan segeralah beranjak ke pembaringan. Karena anda tidak dibutuhkan oleh perjuangan membangun peradaban. Singkatnya, kita akan mengucapkan selamat tinggal !, kepada Anda. Karena kita kasihan. Umur anda terlalu boros hanya untuk hal-hal demikian [Wallohu a’lam].

Dari Eramuslim dengan perubahan
 

Islam diakhir Sejarah

Pasca  perang dingin, keluarlah Amerika dan sekutunya (Barat) sebagai pemenang dan pengendali tunggal dunia. Sejak itu para pemikir Barat maupun non-Barat sibuk mencari hipotesa tentang bagaimana kelanjutan dari episode sejarah perjalanan umat manusia.
Adalah Francis Fukuyama, seorang ilmuwan berpengaruh di Barat melontarkan pemikirannya dalam artikel di jurnal Interest 1989 yang berjudul The End of History? Ia mengatakan bahwa setelah Barat menemukan rival ideologinya, monarki herediter, fasisme, dan komunisme, dunia telah mencapai satu konsensus yang luar biasa terhadap demoktrasi liberal. Ia berpendapat bahawa demokrasi liberal adalah semacam titik akhir dari sebuah evolusi ideologi atau bentuk final dari bentuk pemerintahan. Dalam hal ini Fukuyama sepertinya memaksakan bangsa-bangsa non-Barat untuk mengikuti jejak langkah Barat dan menagdopsi demokrasi liberal sebagai ideologi negara. 
Tesis Fukuyama ini banyak dikritik para pemikir. Kritik mereka didasarkan pada adanya dua kubu peradaban Barat yang keduanya ingin menjadi super power in the word, Amerika dan Eropa. Salah satu insiden yang menimbulkan gap di antara mereka adalah invasi AS atas Irak. Sehingga Thomas L Friedman dan Jonh Bilt (PM Swedia) bertanya, inikah akhir peradaban Barat? Begitu juga dengan Charlest A Kupchan, mengatakan bahwa perang peradaban mendatang terjadi antara Amerika dan Eropa.
Islam dan Barat
Berbeda dengan Fukuyama, Bernad Lewis melalui artikelnya yang berjudul The Roots of Muslim Rag membuat suatu paradigma bahwa setelah berahirnya perang dingin, Barat membutuhkan musuh baru yang akan menggantikan posisi komunis. Kemudian tentang siapa musuh barunya itu ia membahasnya dalam buku populer 'Islam and the West'. Sehingga dari sanalah muncul apa yang ia istilahkannya dengan benturan peradaban. Gagasan Lewis ini diikuti muridnya, Huntington, dalam bukunya 'The Clash of Civization' and 'The Remaking and World Order'. Ia menuliskan bahwa Islam adalah satu-satunya peradaban yang pernah membuat Barat tidak merasa aman. Kemudian dia meneruskan pemikirannya ini dalam bukunya 'Who Are We?' Di sini Ia lebih jelas lagi memvonis Islam sebagai musuh Barat menggantikan posisi komunis. Bahkan Petrick J Buchanan dalam artikelnya 'Is Islam an Enemy the United States?' ia menulis bahwa bagi sebagian
orang Amerika yang mencari musuh baru untuk uji coba kekuasaan setelah runtuhnya komunis, Islam adalah pilihannya. 
Fenomena mutakhir seperti serangan WTC, invasi AS atas Afganistan, Irak, dan Somalia, dukunan AS atas Israel, tekanan AS atas Iran, insiden karikatur Nabi Muhammad SAW, seolah-olah membenarkan rumusan Lewis dan Huntington tentang benturan peradaban. Bernad Lewis dan Huntington adalah ilmuwan Barat yang tak bersahabat dengan Islam. Merekalah yang sebenarnya mengompori panasnya hubungan Barat dan Islam. Berbagai mitologi dan demonologi terus dikembangkan seperti Islamic threat (ancaman Islam), Islamic peril (bahaya Islam), Islamic bomb dan sebagainya.
Islam Tak Pernah Mati
Francis Fukuyama, Bernad Lewis, Samuel P Huntington dan para pemikir Barat lainnya yang paranoid terhadap Islam harus menengok kembali sejarah perjalanan umat manusia bahwa setiap peradaban memiliki batas waktunya dan setiap umat memiliki umurnya. Dalam hidup ini berlaku hukum alam yang tidak dapat dihindari, dielakkan dan diubah oleh akal serta tangan manusia, termasuk siklus kejayaan dan kehancuran suatu peradaban manusia. Arnold Toynbee sorang sejarawan Barat mengatakan bahwa di bumi ini telah ada sekitar 21 peradaban umat manusia yang jatuh secara silih berganti Kalo Fukuyama mengatakan bahwa the end of history adalah peradaban Barat, maka penulis sendiri lebih yakin bahwa the end of history adalah peradaban Islam. Darimana kita tau itu, sedangkan Islam sendiri di abad modern ini belum memberikan karyanya yang khas yang menunjukan bahwa Islam akan bangkit dan menjadi akhir bagi sejarah peradaban umat manusia?. Setidaknya ada tiga alasan yang penulis jadikan sebagai sandaran. Pertama, pesan Rabbani, "Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu kami pergilirkan di antara manusia " (QS 3:140). Sepanjang sejarah, telah banyak yang berkuasa dan tidak satupun yang kekal. Sekarang, di mana peradaban Romawi? Tak ada bekasnya selain bangunan-bangunan kuno dan arsitek-arsitek material. Di mana peradaban Yunani? Musnah, tak mewariskan apapun selain filsafat nonesensial dan budaya paganisme. Di mana Peradaban Persia? Mati, Tak meninggalkan apa-apa selain cerita-cerita kuno. Dimana Uni Soviet dan komunisnya? Runtuh dan luluh. Semuanya mati dan hancur kecuali satu, umat Islam.
http://www.icmi.or.id/ind - ..:: ICMI - Ikatan Cendekia Muslim Indonesia ::.. Powered by Pacific Link, www.pacific.net.id Generated: 22 September, 2008, 13:22
Kedua, pesan Nabawi. Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari Qubail, Abdullah Ibnu 'Ash berkata, "Ketika kami duduk bersama Rasullah SAW, apabila ia ditanya kota manakah yang akan pertama kali dibuka, Konstantinopel atau Roma? Rasulullah SAW menjawab, Konstantinopel yang akan pertama kali dibuka, kemudian Roma." Hadits ini menerangkan kepada kita bahwa para sahabat sebenarnya sudah mengetahui bahwa Konstantinopel dan Roma akan dibuka, tapi mereka ingin mengetahui mana yang akan pertama kali dibuka. Ini adalah kabar gembira dari Rasulullah SAW yang pasti benar adanya. Sehingga pada tahun 1453 M Konstantinopel dapat dibuka oleh Sultan Muhammad Alfaatih. Tinggal satu imperium lagi yaitu Roma. Dan sebenarnya seketika itu juga Al Faatih telah menyiapkan pasukan untuk menyambut dan menyempurnakan kabar gembira dari Nabi SAW membuka Roma, tapi itu belum tercapai. Ini adalah kehendak Allah SWT agar tersisa amal/tugas bagi kita untuk membukanya. Ada sebgian ulama yang berpendapat bahwa arti dari kata Rumiyyah di sana bukan Roma ibu kota Italia sekarang, tapi yang diingikan adalah makna majazinya yaitu imperium Barat khususnya Amerika. 
Ketiga, adanya sinyal-sinyal keruntuhan peradaban barat. Hal ini bisa dilihat dari beberapa hal seperti terjadinya krisis moral dan kehampaan spiritual masyarakat Barat. Selain itu juga muncul paradok peradaban Barat dalam menetapkan kebijakan luar negerinya dengan menggunakan politik double standar. Inilah yang menyebabkan mereka kehilangan legitimasi dari dunia international. Barat juga sudah tidak pantas lagi memimpin umat manusia, karena mereka sudah lalai untuk bersikap persuasif, akomodatif, adil dan menjadi problem slover. Barat terlalu angkuh dan sombong dengan kemajuan yang mereka capai baik dalam bidang ilmu dan teknologi, ekonomi, militer dan sebagainya, sehingga mereka merasa kuat dan tidak ada satupun yang mampu menandingi kekuatan mereka. "Adapun kaum 'Aad mereka menyombongkan diri di muka bumi tampa (mengindahkan) kebenaran dan mereka berkata sipakah yang lebih hebat kekuatannya dari kami. Tidakkah mereka memperhatikan Allah yang menciptakan mereka. Dia lebih hebat kekuaatan-Nya dari mereka." (QS 41:15).
Dari ketiga alasan tersebut, kita dapat mengambil kesimpulan bahwa kini peradaban Barat sedang menggelinding ke tepi jurang kehancuran sebagai akibat dari kelalaian, kesombongan dan kerusakan yang mereka jalankan. Munawar AM mengibaratkanya seperti menara gading atau bangunan kokoh yang perlahan tapi pasti, rayap-rayap sedang berkerumun menggerogoti tiang-tiang penyangganya. Begitu juga Bernard Shaw pernah mengatakan, "Romawi runtuh, Babylon runtuh, kini tiba giliran Amerika." Di balik itu, arus kebangkitan Islam sudah menemukan momentumnya. Kini umat Islam sedang berjalan menuju kebangkitan peradaban Islam yang sudah diduga oleh dunia intelektual akan mengancam eksistensi peradaban Barat.Walaupun Barat berusaha semaksimal mungkin untuk membendung arus kebangkitan itu dengan berbagai strategi jahatnya seperti politik double standar, mitologi dan deminologi, paradigma kotor, dan propaganda jahat, juga invasi invasi Islam tak akan pernah mati.
Maraji'
Tesis Francis Fukuyama bahwa demokrasi liberal adalah bentuk akhir pemerintahan, menjadi tergoyahkan saat belakangan muncul rivalitas antara Eropa dan Amerika. Yang kini terjadi adalah benturan peradaban antara Barat dengan Islam. Arogansi Barat, bisa menjadi salah satu pertanda buruk bagi nasib peradaban tersebut. Peradaban Islam memiliki potensi yang sangat kuat untuk memimpin peradaban manusia di akhir sejarah.
source:
http://www.republika.co.id/koran_detail.asp?id=282908&kat_id=16
http://www.icmi.or.id/ind - ..:: ICMI - Ikatan Cendekia Muslim Indonesia ::.. Powered by Pacific Link, www.pacific.net.id Generated: 22 September, 2008, 13:22

Taken From:
Nurfarid Mahasiswa El Azhar University of New Damietta, Mesir
(Jumat, 16 Pebruari 2007) - Kontribusi dari Republika Online

 

Membangun Pilar Kebangkitan Umat

Pengaruh globalisasi telah merambah seluruh aspek kehidupan manusia. Ia bergulir bagaikan bola salju yang semakin hari semakin besar. Dalam satu referensi disebutkan, bahwa globalisasi memiliki tiga daya yang sulit dibendung. Pertama, Wideness (Keluasan). yaitu kemampuan menjangkau dalam skala yang sangat luas. Kedua, Depthness (kedalaman), yaitu kemampuan merombak  nilai-nilai yang telah berlaku. Ketiga, (Revolution Power) daya rubah, yaitu kemampuan merubah dalam waktu yang sangat singkat.
Tiga daya inilah yang menjadi kendaraan bagi seluruh “ideologi asing” masuk menyelinap di balik pesan-pesan globalisasi. Liberalisasi dan kebebasan serta kesetaraan. Akan tetapi di balik semua itu, ada sebuah rencana besar yang diarsiteki oleh sekelompok kecil manusia yang ingin merubah wajah dunia menuju The New World Order, Tata Dunia Baru. Dibaliknya ada agenda penghancuran besar-besaran yang tengah sabar dinanti, satu agenda demi agenda diselesaikan.
Globalisasi pun menjadi ancaman besar bagi umat islam. Globalisasi tidak lain adalah gelombang penghancuran umat. Di dalamnya agenda Ghazwul Askari (perang fisik) di arahkan kepada negara-negara timur tengah. Politik belah bambu dan dukungan terhadap gerakan-gerakan separatis  masih terus digencarkan barat. Sementara di belahan bumi lain dibenamkan Ghazwul Fikri (perang pemikiran) secara rahasia. Umat pun dikepung dari dua arah secara bersamaan. Dari dalam dan dari luar.
Zaman seperti ini pun dikenal sebagai zaman fitnah, zaman ujian. Zaman terasingnya ajaran islam dari pemeluknya sendiri karena gelombang globalisasi yang menyeret manusia mencampakkan nilai-nilai ilahiah agama. Parahnya itu pun dilakukan tanpa sadar, bahkan dengan kebanggaan. Zaman di mana Rasulullah Shallalahu alaihi wasallam menyebutkan, “Suatu zaman di mana siapa yang memegang teguh agamanya seperti menggenggam bara api”. Digenggam terlalu keras akan terbakar. Dilonggarkan, malah terlepas.
Akan tetapi di tengah zaman fitnah itu. Nabi Shallahu alaihi wa sallam tidak membiarkan umatnya terombang-ambing dalam badai fitnah. Rasulullah Shallahu alaihi wa sallam bersabda,
“Kutinggalkan kepada kalian dua perkara, barangsiapa yang berpegang teguh kepada keduanya tidak akan tersesat selama-lamanya, Kitabullah (al-qur’an) dan Sunnahku”(HR. Bukhari).
Ya, itulah jalan yang telah disampaikan beliau Shallahu alaihi wasallam. Jalan yang lurus dan tidak akan ada jalan keselamatan kecuali dengan berpegang teguh kepada keduanya. Dialah Al-qur’an dan Sunnah beliau-Shallalahu alaihi wasallam. Dengan berpegang teguh kepada keduanya, gelombang fitnah akan dapat diatasi.
Oleh karena itu untuk melawan badai fitnah itu diperlukan perjuangan mengembalikan umat kepada kemuliaannya. Perjuangan melawan fitnah akhir zaman.  Dan sinyal nabi shallallahu alaihi wasallam di atas telahh tergambarkan secara nyata bahwa prioritas perjuangan adalah dengan al-qur’an dan sunnah. Allah Subhanahu wata’ala menjelaskan,
“… Dan Berjihadlah dengannya (Al-qur’an), dengan jihad yang besar” (QS Al-Furqan:52).
Demikian Allah menyebutkan. Jihad yang paling tepat adalah jihad dengan Al-Qur’an. Membaca mempelajarinya, mengamalkan dan medakwahkannya. Serta terakhir, Bersabar di atasnya.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah menyebutkan bahwa usaha islahul ummah (perbaikan umat) ditempuh dengan dua jalur utama.
Pertama, Tashfiyah (purifikasi/pemurnian). Pembersihan atau pemurnian kembali segala macam bentuk keyakinan kaum muslimin yang terjangkiti SEPILIS (Sekularisme Pluralisme dan Liberalisme) serta TBC (Tahayaul, Bid’ah dan Churafat). Karena kita mengetahui bahwa tidak akan kembali kejayaan itu kecuali dengan usaha dan kerja keras dalam mengembalikan keyakinan umat kepada fitrah tauhid. Fitrah islam.
Kedua, Tarbiyah. Pembinaan pribadi atau individu-individu agar mengenal Allah Azza Wa Jalla dalam Tauhidullah, Rububiyah, uluhiyah dan asma dan sifat-sifatnya serta seluruh konsekuensi atasnya. Usaha ini dilakukan dengan pembinaan intensif kepada para generasi muslim untuk menumbuhkan karakter dan kepribadian yang utuh dalam keimanan, aqidah, akhlaq dan tsaqofah. Sehingga akan muncul kesiapan dalam menjalankan perintah Allah Azza Wa Jalla. Kesiapan memikul amanah ibadah dan berjuang menegakkan kalimat tertinggi-Nya.
Oleh karena itu, dibutuhkan kekuatan yang menjadi pilar dalam mengusung kebenaran. Allah azza wa jalla menyebutkan dalam Al-Qur’an :
“Dan persiapkanlah segala hal untuk berperang dari kekuatan yang kalian miliki…” (QS Al Anfal:60)
Pilar kekuatan itu diantaranya adalah :
1.     Quwwatul Aqidah
Kekuatan aqidah. Aqidah yang shahih, bersih dan murni yang tidak tercampuri dengan kesyirikan dan kedzhaliman sedikit pun. Serta dilandasi dengan ilmu yang terang. Allah telah menyebutkan dalam QS An-Nur ayat 55,
“Allah telah menjanjikan kepada orang-orang di antara kamu yang beriman dan beramal shalih, bahwa Dia sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka dengan agama yang telah Dia ridhai. Dan Dia benar-benar mengubah (keadaan) mereka, setelah menjadi aman sentosa. Mereka menyembah-Ku dan tidak mempersekutukan-Ku dengan sesuatu pun…”
Allah menegaskan syarat untuk menjadikan orang-orang beriman dan beramal shalih adalah hanya satu, ya’buduunanii walaa yusyrikuuna bihi syai-a’. Menyembah Allah dan tidak menyekutukan dengan sesuatu apa pun. Itulah kunci kemenangan. Kunci yang membuat pasukan Shalahuddin Mengembalikan al-quds ke pangkuan kaum muslimin. Kunci yang membuat Konstatinopel takluk dalam serangan armada laut Sultan Muhammad Al-Faatih. Memindahkan 70 kapal lautnya menyeberangi selat Bosphorus ke Selat Tanduk Emas (Golden Horn) melewati gunung hanya dalam waktu satu malam. Kunci yang membuat Andalusia Tunduk tak berdaya di bawah ekspedisi jihad di bawah panji Thariq in Ziyad. Kunci yang Membuat Persia di ufuk Barat, dan Romawi di ufuk Timur tumbang. Dan keduanya tidak menyisakan apa-apa sampai hari ini kecuali bangunan dan kisah-kisah saja.
Itulah kunci kemenangan kaum muslimin…
2.     Quwwatul Ukhuwah
Kekuatan berikutnya adalah kekuatan ukhuwah. Karena itulah (ukhuwah) yang Nabi Shallallahu alaihi wasallam bina setelah aqidah. Persaudaraan di atas iman. Sehingga muncul persatuan dalam dada-dada kaum muslimin. Dan itulah kekuatan sejati dalam memancangkan panji-panji jihad. Izzul islam walmuslimiin.
Tanpa ukhuwah, dakwah akan mandeg. Tanpa ukhuwah dakwah akan stagnan. Dan tanpa ukhuwah, perjuangan akan hambar. Karena kecintaan kepada saudara itulah yang menjadi kekuatan, bersama dalam perjuangan….
3.     Quwwatu at-Tandzhim
Kekuatan pengorganisasian. Visioner, rapi, dan sistematis. Gerakan dakwah yang memiliki basis massa akan terpecah dan tidak terarah, jika tidak diatur dengan baik. Butuh kepemimpinan yang berkarakter. Figur yang menjadi teladan. Serta pejuang-pejuang yang siap untuk dipimpin dan diarahkan. Dan tentu dilengkapi dengan kapasitas manajemen dakwah yang mumpuni.
Tiga kekuatan di ataslah yang akan menghasilkan quwwatul haq (kekuatan Al-haq atau kebenaran) dalam melawan quwwatul bathil (kekuatan al-bathil). Inilah panduan dalam mengusung satu cita-cita mulia,masyarakat bertauhid”. Puncak dari peradaban dan syariat islam.
Kalimat terakhir, semoga bisa menjadi inspirasi bagi kita dalam bergerak dan berkontribusi bagi umat islam. Karena siapa pun yang ingin mulia, tidak ada pilihan lain baginya kecuali dengan memberi persembahan terbaik untuk ad dien-Nya.
Saatnya bergabung menyambut kebangkitan islam (shahwah islamiyah)...
(Wallahu ta’ala a’lam)
Oleh:
Samsuar Hamka
(Alumni Universitas Negeri Makassar)

Note: Orasi Ilmiah pada Temu Nasional II Lingkar Dakwah Mahasiswa Indonesia di gedung IPTEKS Universitas Hasanuddin

 

Perjuangan Aqidah: Kerja Nyata Merebut Al-Quds

Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh...
Jama’ah Sekalian yang Berbahagia………………!!!
Di dunia ini ada dua kekuatan. Kekuatan yang bertolak belakang. Kekuatan yang akan selalu bertarung sampai akhir peradaban umat manusia. Selama manusia masih menapakkan jejak kehidupannya, selama itu pula perseteruan dua kekuatan itu akan terus bergejolak dan mereka akan tersu berupaya untuk saling menghilnagkan satu dengan yang lain.
Dua kekuatan itu adalah al-haq dan al-bathil. Kebenaran dan kesesatan. Keadilan dan kedzaliman.
Kesesatan itu adalah seruan-seruan syaithan serta upaya-upaya mereka dalam membuat manusia jatuh dalam jurang kenistaan di dunia dan jurang neraka di akhirat. Kekuatan kebathilan adalah seruan dan gerakan para musuh-musuh allah, yang terus berupaya untuk mencabik-cabik dan memadamkan cahaya-Nya. Allah menyebutkan dalam Al-Qur’an :
Mereka ingin memadamkan cahaya Allah dengan mulut (tipu daya) mereka, tetapi Allah (justru) menyempurnakan cahaya-Nya, walau orang-orang kafir membencinya."
(QS As-Shaff:8)
Karena itu usaha al-bathil adalah wujud gerakan dari amarah-amarah iblis sebagai bentuk penentangannya terhadap al-haq. Tiang-tiang kebenaran akan terus diintai untuk dirobohkan. Panji alqur’an dan as-sunnah akan selalu menjadi incaran mereka untuk dihina dengan mulut-mulut mereka. Bahkan cita-cita mereka adalah mengoyak bendera izzah kemuliaan kaum muslimin. Hingga akan pudar dan musnah keindahan syariat islam.
Hadiran yang Berbahagia !!!
Dan Keadilan itu adalah Islam. Sebagaimana perkatan seorang sahabat, Rib’I bin Amir kepada Raja Romawi, Rustum dalam tenda kebesarannya. “Kami adalah kaum yang diutus oleh allah untuk mengeluarkan manusia dari penyembahan kepada sesame makhluq kepada penyembahan hanya kepada Allah, Kami adalah kaum, yang diutus oleh allah untuk mengeluarkan manusia dari kejahatan agama-agama menuju keadilan islam”
Hadiran yang Berbahagia !
Kita sadar, kita tengah hidup dalam gegap gempita Globalisasi yang dimotori oleh barat dan sekutunya. Pengaruhnya jauh merambah seluruh aspek kehidupan manusia. Ia bergulir bagaikan bola salju yang semakin hari semakin besar. Menurut David Held, Globalisasi memiliki tiga daya yang sulit dibendung. Pertama velocity (kecepatan), daya rambah dalam waktu yang singkat. Kedua, intencity (kedalaman), daya rubah sampai pada hal-hal prinsip. Ketiga, extencity (keluasan),  daya jangkau yang meliputi pelosok-pelosok dunia (Global Transformation, 2000).
Tiga daya inilah yang menjadi kendaraan bagi seluruh “ideologi asing” masuk menyelinap di balik pesan-pesan globalisasi. Liberalisasi dan kebebasan serta kesetaraan. Akan tetapi di balik semua itu, ada sebuah rencana besar yang diarsiteki oleh sekelompok kecil manusia yang ingin merubah wajah dunia menuju The New World Order, Tata Dunia Baru. Dibaliknya ada agenda penghancuran besar-besaran yang tengah sabar dinanti, satu agenda demi agenda diselesaikan.
Globalisasi pun menjadi ancaman besar bagi umat islam. Globalisasi tidak lain adalah gelombang penghancuran umat. Di dalamnya agenda Ghazwul Askari (perang fisik) diarahkan kepada negara-negara timur tengah. Politik belah bambu dan dukungan terhadap gerakan-gerakan separatis  masih terus digencarkan barat. Sementara di belahan bumi lain dibenamkan Ghazwul Fikri (perang pemikiran) secara rahasia. Umat pun dikepung dari dua arah secara bersamaan. Dari dalam dan dari luar.
Dari luar, belahan bumi kaum muslimin dicaplok satu demi satu. Chechnya, iraq, Afghanistan, Palestina hingga hari ini masih bergejolak. Perang demi perang terjadi setiap harinya, dan hanya menyisakan kecaman, petisi atau unjuk rasa yang berujung pada kekecewaan. Sementara yang menjadi korban adalah umat islam. Di belahan bumi yang lain ideologi demokrasi dipaksakan untuk dijadikan dasar konstitusi negara. Turki, Mesir, Syria, Libanon dan yang lainnya menjadi korban invasi politik ini.
Kebencian barat dan kekhawatirannya terhadap gerakan kebangkitan islam sangat nampak terlihat. ‘Terorisme’ menjadi kendaraan untuk membuat masyarakat dunia terjangkiti islamophobia. Terorisme, diangkat sebagai isu global karena pelaku kejahatan –katanya- adalah –oknum- dari umat islam. Akan tetapi ketika umat islam yang menjadi korban, semua bungkam, diam seribu bahasa (seperti di Palestina). Itulah standar ganda Amerika dan sekutunya dibalik wacana deklarasi freedom and human rights.
Dari dalam, umat Islam dicekoki pemikiran-pemikiran sesat. Berbagai aliran nyeleneh pun bermunculan. Agenda pendangkalan aqidah dan perusakan akhlaq menjadi rencana utamanya. Ahmadiyah, Lia eden, Ahmad Mushaddeq, Isa Bugis dan deretan aliran lainnya menjadi kasus yang serasa begitu sulit dituntaskan. Sementara di sisi yang lain semakin hari, kasus pornoaksi, pencabulan dan skandal seks semakin menjamur yang sangat berkorelasi dengan maraknya hiburan, infotainment dan konser musik.
Hadirin yang Berbahagia !
Kita sadar, bahwa apa yang tengah terjadi hari ini pada hakikatnya adalah pertarungan ideology. Ideology kebenaran dan kebathilan. Syaikhul Islam ratusan tahun lalu dalam salah satu surat, Beliau menulis: “Perang dengan Yahudi di Palestina adalah perang ideology, begitu pula yang terjadi antara kaum muslimin dan orang-orang Hindu di India, antara Muslimin dan Atheisme di Syisyan (Chechnya), serta apa yang terjadi di Burma dan Kashmir. Semua itu adalah perang ideology. Apa yang terjadi antar individu dan partai di suatu negeri, baik liberalisme, komunisme dan nasionalisme, semuanya diliputi oleh perang ideology ini. Hingga sekalipun yang tampak adalah misi kemanusiaan, namun yang sebenarnya adalah mencari keuntungan, seperti mengambil harta kekayaan, minyak, atau penguasaan terhadap negeri dan penduduknya. Dan sesungguhnya mereka melupakan masalah ideology, adalah khayalan belaka (artinya; semuanya itu tetap tidak terlepas dari masalah ideologi). Pepatah mengatakan, “Perilaku adalah cerminan dari pikiran” (Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, Pembaruan Salafi dan Dakwah Reformasi. 2000
Ikhwa fillah dan hadirin sekalian!
Palestina adalah kota Suci umat islam. Kota yang telah Dibuka oleh Umar bin Khattab. Kota yang telah direbut oleh shalahuddin al-ayyubi. Dan Al-Aqsha adalah kiblat pertama umat islam.
Palestina memendam ribuan sejarah umat islam. Palestina menyimpan jutaan kisah kegemilangan umat islam. Palestina adalah saksi sejarah, Syariat Islam ditegakkan di sana.
Palestina adalah negeri damai  yang diagungkan nama-nama Allah di dalamnya. Palestina adalah bumi yang diberkahi, Allah telah menjadikanya sebagai tempat turunnya risalah-risalah (kenabian), tempat berhimpunnya kebudayaan, tempat hijrah para NabiNya. Di Palestina terdapat kiblat pertama dan tempat di isra’kannya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, di dalamnya pula Dajjal akan binasa melalui tangan Isa Al-Masih ‘Alaihis Salam, dan di Palestina juga Ya’juj dan Ma’juj dibinasakan. Serta di dalamnya pula, bebatuan dan pepohonan akan berkata, “Wahai muslim! Wahai hamba Allah ! Ini ada Yahudi di belakangku, kemarilah dan bunuhlah dia!”, maka Yahudi-pun akan binasa melalui tangan hamba-hamba Allah yang shalih di bumi Palestina.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mengimami seluruh Nabi di Masjid Al-Aqsa, agar Imamah (kepemimpinan) dan siyadah (kekuasaan) untuk Islam pada Masjidil Aqsha tetap langgeng bagi seluruh makhluk. Selama peprputaran sejarah, kerajaan-kerajaan dan negeri-negeri saling bermusuhan untuk memperebutkannya, mereka saling membinasakan dan mengalahkan dalam rangka menguasainya dan mendudukinya. Dikarenakan Palestina adalah bumi Allah terpilih yang Allah memilihnya sebagai tempat hijrah bagi Kalil (kesayangan)-Nya Ibrahim ‘Alaihis Salam dan KalimNya (Kalim= Orang yang diajak bercakap) yaitu Musa ‘Alaihis Salam, sebagai tempat kelahran Isa ‘Alaihis Salam dan tempat isra’nya Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Hadirin yang Berbahagia!
Akan tetapi, kota itu telah dinodai dengan kedatangan para zionis yahudi. Kota itu tengah dikotori oleh gempuran Israel yang tidak henti-hentinya menumpahkan darah kaum muslimin.
Kota itu sedikit demi sedikit dicaplok. Kemerdekaan kamus muslimin dirampas. Hak-hak mereka dihancurkan. Mereka setiap harinya hidup di bawah dentuman bom dan desingan peluru yang membabi-buta.
Ketahuilah umat islam. Saat para lelaki di belahan bumi lain tengah santai merapikan dasinya. Para Mujahidin Palestina sedang Serius mengisi senjata mereka dengan peluru. Saat kita menikmati tetesan-tetesan keringat olahraga di pusat fitness, para lelaki palestina sedang getir menyapu tetesan-tetesan darah yang mengucur di kepala mereka. Jika Para wanita tengah sibuk menenteng tas-tas mereka di mall-mall, para wanita palestina sedang sibuk memecah-mecah batu untuk dijadikan peluru bagi suami-suami mereka. Jika Meeka Sedang asyik menyeruput the manis di pagi yang tenang. KAum Muslimin di palestina sedang meronta-ronta Karena anak-anak mereka terkena percikan bom kimia yang melepuhkan wajah serta kulit-kulit mereka.
Hadirin yang Berbahagia!
Dalam kacamata islam, kondisi ini dikenal sebagai zaman fitnah, zaman ujian. Zaman terasingnya ajaran islam dari pemeluknya sendiri. Tidak lain karena gelombang globalisasi telah ‘menyeret’ manusia mencampakkan nilai-nilai ilahiah agama. Parahnya, itu pun dilakukan tanpa sadar, bahkan dengan kebanggaan. Betapa banyak pemuda yang hanya dengan alasan trend, rela merogoh kocek dalam-dalam. Karena alasan gaul, tanpa sadar telah kehilangan jatidiri sebagai muslim. Ajaran islam pun sedikit demi sedikit ditinggalkan. Sementara orang-orang yang berusaha mengamalkan islam di-stigma-kan sebagai orang kolot, tidak ikut perkembangan zaman.
Zaman ini telah disebutkan oleh Rasulullah Shallalahu alaihi wasallam, “Suatu zaman di mana siapa yang memegang teguh agamanya seperti menggenggam bara api”. Digenggam terlalu keras akan terbakar. Dilonggarkan, malah terlepas. Akan tetapi di tengah zaman fitnah itu, Nabi Shallahu alaihi wa sallam tidak membiarkan umatnya terombang-ambing dalam badai fitnah. Rasulullah Shallahu alaihi wa sallam bersabda, “Kutinggalkan kepada kalian dua perkara, barangsiapa yang berpegang teguh kepada keduanya tidak akan tersesat selama-lamanya, Kitabullah (al-qur’an) dan Sunnahku”(HR. Bukhari).
Ya, itulah jalan keluar yang telah disampaikan beliau Shallahu alaihi wasallam. Jalan yang lurus dan tidak akan ada keselamatan kecuali berpegang teguh kepada keduanya. Dialah Al-qur’an dan Sunnah beliau-Shallalahu alaihi wasallam. Dengan berpegang teguh kepada keduanya, gelombang fitnah akan dapat diatasi.
Oleh karena itu untuk melawan badai fitnah itu diperlukan perjuangan mengembalikan umat kepada kemuliaannya. Perjuangan melawan fitnah akhir zaman.  Dan sinyal nabi shallallahu alaihi wasallam di atas telah tergambarkan secara nyata bahwa prioritas perjuangan adalah dengan al-qur’an dan sunnah. Allah Subhanahu wata’ala menjelaskan,
“… Dan Berjihadlah dengannya (Al-qur’an), dengan jihad yang besar” (QS Al-Furqan:52).
Demikian Allah menyebutkan. Jihad yang paling tepat adalah jihad dengan Al-Qur’an. Membaca mempelajarinya, mengamalkan dan medakwahkannya. Serta terakhir, Bersabar di atasnya.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah di tengah problema yang melanda umat, menyebutkan bahwa usaha islahul ummah (perbaikan umat) ditempuh dengan dua jalur utama.
Pertama, Tashfiyah (purifikasi/pemurnian). Pembersihan atau pemurnian kembali segala macam bentuk keyakinan kaum muslimin yang terjangkiti SEPILIS (Sekularisme Pluralisme dan Liberalisme) serta TBC (Tahayaul, Bid’ah dan Churafat). Karena kita mengetahui bahwa tidak akan kembali kejayaan itu kecuali dengan usaha dan kerja keras dalam mengembalikan keyakinan umat kepada fitrah tauhid. Fitrah islam.
Kedua, Tarbiyah. Pembinaan pribadi atau individu-individu agar mengenal Allah Azza Wa Jalla dalam Tauhidullah, Rububiyah, uluhiyah dan asma dan sifat-sifatnya serta seluruh konsekuensi atasnya. Usaha ini dilakukan dengan pembinaan intensif kepada para generasi muslim untuk menumbuhkan karakter dan kepribadian yang utuh dalam keimanan, aqidah, akhlaq dan tsaqofah. Sehingga akan muncul kesiapan dalam menjalankan perintah Allah Azza Wa Jalla. Kesiapan memikul amanah ibadah dan berjuang menegakkan kalimat tertinggi-Nya.
Perjuangan itu adalah Perjuangan aqidah, karena allah sendiri telah mnggariskan  Kekuatan aqidah. Aqidah yang shahih, bersih dan murni yang tidak tercampuri dengan kesyirikan dan kedzhaliman sedikit pun, serta dilandasi dengan ilmu yang terang sebagai sumber kemenagan umat islam. Allah telah menyebutkan dalam QS. An-Nur ayat 55, “Allah telah menjanjikan kepada orang-orang di antara kamu yang beriman dan beramal shalih, bahwa Dia sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka dengan agama yang telah Dia ridhai. Dan Dia benar-benar mengubah (keadaan) mereka, setelah menjadi aman sentosa. Mereka menyembah-Ku dan tidak mempersekutukan-Ku dengan sesuatu pun…”
Allah menegaskan syarat untuk menjadikan orang-orang beriman dan beramal shalih adalah hanya satu, ya’buduunanii walaa yusyrikuuna bihi syai-a’. Menyembah Allah dan tidak menyekutukan dengan sesuatu apa pun. Itulah kunci kemenangan. Kunci yang membuat pasukan Shalahuddin Mengembalikan Al-Quds ke pangkuan kaum muslimin. Kunci yang membuat Konstatinopel takluk dalam serangan armada laut Sultan Muhammad Al-Faatih. Memindahkan 70 kapal lautnya menyeberangi selat Bosphorus ke Selat Tanduk Emas (Golden Horn) melewati gunung hanya dalam waktu satu malam. Kunci yang membuat Andalusia Tunduk tak berdaya di bawah ekspedisi jihad di bawah panji Thariq in Ziyad. Kunci yang Membuat Persia di ufuk Barat, dan Romawi di ufuk Timur tumbang. Dan keduanya tidak menyisakan apa-apa sampai hari ini kecuali bangunan dan kisah-kisah saja.
Ketika para sahabat mendapatkan tekanan yang begitu kuat di Mekkah sehingga ada di antara mereka yang menemui kematian, seperti keluarga Yasir, Khubaib bin Adiy, juga sahabat yang lain disiksa dengan siksaan yang begitu berat, termasuk sahabat Khabbab ibnul Arats Radhiyallahu 'Anhu. Beliau ditindih dengan batu yang dipanaskan maka, beliau datang kepada Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam dan berkata :  ya.. Rasulullah, apakah kau tidak mendoakan kemenangan bagi kita sekarang ini. ketika itu Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam sedang duduk bersandar di Kabah, begitu mendengar perkataan sahabat ini, beliau bukan malah kasihan terhadap sahabat-sahabat beliau yang mengalami intimidasi, tetapi tiba-tiba beliau bangkit dari duduknya dan wajah beliau merah, marah dan berkata  ; sesungguhnya di antara umat sebelum kalian ada orang yang disisir dari besi sehingga terpisah dagingnya dengan tulang, ada orang yang digergaji dari kepalanya sampai bawah dan terbelah dua tubuhnya, namun mereka sama sekali tidak mundur dari agama mereka. Demi Allah, sesungguhnya Dia akan menyempurnakan agama ini sampai akan berjalan seorang musafir dari Shan’a ke hadarul maut, dia tidak takut kecuali kepada Allah dan kepada srigala yang akan memakan dombanya. (HR. Bukhari).
Washallallahu alaihi wasallam
Wassalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh....
Oleh:
Samsuar Hamka
(Alumni Universitas Negeri Makassar)
 

Revitalisasi Gerakan Mahasiswa

Mukadimah
Pembicaraan tentang mahasiswa dan gerakannya sudah lama menjadi pokok bahasan dalam berbagai kesempatan hamper di semua kalangan. Begitu banyaknya forum diskusi, telah menghasilkan pula berbagai tulisan, makalah, maupun buku-buku yang diterbitkan tentang peranan, dan kepentingan gerakan mahasiswa dalam pergulatan aktivitas kontemporer di Indonesia. Terutama dalam konteks kepeduliannya dalam merespon masalah-masalah sosial politik yang terjadi dan berkembang di tengah masyarakat. Bahkan, bisa dikatakan bahwa gerakan mahasiswa seakan tak pernah absen dalam menanggapi setiap upaya depolitisasi yang dilakukan penguasa. Terlebih lagi, ketika maraknya praktek-praktek ketidakadilan, ketimpangan, pembodohan, dan penindasan terhadap rakyat atas hak-hak yang dimiliki tengah terancam. Kehadiran gerakan mahasiswa sebagai perpanjangan aspirasi rakyat.
Mahasiswa merupakan suatu elemen masyarakat yang unik. Jumlahnya tidak banyak, namun sejarah menunjukkan bahwa dinamika bangsa ini tidak lepas dari peran mahasiswa. Walaupun zaman terus berubah, namun tetap ada yang tidak berubah dari mahasiswa, yaitu semangat dan idealisme. semangat yang berkobar terpatri dalam diri mahasiswa, semangat yang mendasari perbuatan untuk melakukan perubahan-perubahan atas keadaan yang dianggapnya tidak adil. Mimpi-mimpi besar akan bangsanya. Intuisi dan hati kecilnya akan selalu menyerukan idealisme. Mahasiswa tahu, ia harus berbuat sesuatu untuk masyarakat, bangsa dan negaranya. Dalam kehidupan gerakan mahasiswa terdapat jiwa patriotik yang dapat membius semangat juang ke arah yang lebih radikal.
Mahasiswa dan Perubahan

Kita sering mendapatkan, mahasiswa yang begitu bangga berteriak di pinggir jalan bahwa mereka sedang memperjuangkan hak-hak rakyat. Ada pula yang begitu lantang menantang para koruptor, melawan kapitalisme. Ada pula yang berjuang menegakkan hukum Islam. Adapula yang memilih jalan dakwah dan tarbiyah yakni melakukan ajakan person to person dan pembinaan intelektual berbasis spiritual yang dilakukan langsung kepada mahasiswa, fokus pergerakannya dalam kampus, membina aqidah dan ibadah.
Sejarah mencatat dengan tinta emas, perjuangan mahasiswa dalam memerangi ketidak adilan. Sejarah juga mencatat bahwa perjuangan bangsa Indonesia tidak bisa lepas dari mahasiswa dan dari pergerakan mahasiswa akan muncul tokoh dan pemimpin bangsa. Apabila kita menengok ke belakang, ke sejarah perjuangan bangsa, kebangkitan bangsa Indonesia dalam melawan penjajahan Belanda dimotori oleh para mahasiswa kedokteran STOVIA. Demikian juga dengan Soekarno, sang Proklamator Kemerdekaan RI merupakan tokoh pergerakan mahasiswa. Ketika pemerintahan bung Karno labil, karena situasi politik yang memanas pada tahun 1966, mahasiswa tampil ke depan memberikan semangat bagi pelaksanaan tritura yang akhirnya melahirkan orde baru. Demikian pula, seiring dengan merebaknya penyimpangan penyimpangan yang dilakukan oleh orde baru, mahasiswa memelopori perubahan yang kemudian melahirkan zaman reformasi.
Itu pula yang terjadi di belahan bumi lain. Secara empirik kekuatan mereka terlihat dalam serangkaian peristiwa penggulingan, antara lain seperti : Juan Peron di Argentina tahun 1955, Perez Jimenez di Venezuela tahun 1958, Soekarno di Indonesia tahun 1966, Ayub Khan di Paksitan tahun 1969, Reza Pahlevi di Iran tahun 1979, Chun Doo Hwan di Korea Selatan tahun 1987, Ferdinand Marcos di Filipinan tahun 1985, dan Soeharto di Indonesia tahun 1998. Akan tetapi, walaupun sebagian besar peristiwa penggulingan kekuasaan itu bukan menjadi monopoli gerakan mahasiswa sampai akhirnya tercipta gerakan revolusioner. Oleh karena itu, sejarah telah mencatat peranan yang amat besar yang dilakukan gerakan mahasiswa selaku prime mover terjadinya perubahan politik pada suatu negara.
Dinamika pergerakan mahasiswa menjadi warna tersendiri dalam setiap perubahan bangsa ini. Warna bangsa kita hari ini merupakan warna pergerakan para mahasiswa di masa lalu. Begitupun dengan warna bangsa kita di masa yang akan datang sangat ditentukan dengan warna pergerakan para mahasiswa hari ini. jikalau pergerakan para mahasiswa hari ini masih diwarnai dengan anarkisme, maka bukanlah sesuatu yang mengherankan jika di masa yang datang para wakil rakyat berkelahi pada saat sedang rapat. jikalau pergerakan mahasiswa hari ini dinilai dengan memperjuangkan pondasi bangsa atau ummat ini maka, niscaya bangsa  akan berdiri kokoh. Namun, jika tidak dimulai dengan pondasinya niscaya bangsa kita akan sangat mudah dirobohkan. Diterpa badai masalah kecil saja bangsa ini akan kewalahan mengatasinya.
Oleh karena itu, jika kita memandang persoalan dari setiap masalah bangsa, kita akan melihat krisis multidimensional. Utang yang melilit leher rakyat, masalah KKN, serta problem disintegrasi bangsa serta krisis akhlaq. Akan tetapi jika kita jeli melihatnya, persoalannya sederhana. Masalah-masalah itu seperti kran-kran yang terus mengalirkan air. Ternyata jika ditelusuri, semua kran tadi bersumber dari satu kran utama. Jika kran utama itu telah ditutup, semua kran masalah tadi akan tertutup pula.
Ya, kran itu adalah kran aqidah. Persoalan keyakinan individual. Persoalan yang membuat manusia tidak mampu melawan fitnah (cobaan) berupa trilogy dunia (Baca: harta, wanita dan tahta). Sekiranya, mari kita bermimpi bahwa suatu saat seluruh penduduk ini telah beriman dan memiliki aqidah shahih, maka tak perlu lelah mengejar para koruptor. Tidak perlu letih meneliti kasus demi kasus. Bahkan harus dibuatkan badan tersendiri untuk satu kasus tersendiri.
Itulah yang dilakukan oleh Rasulullah Shallahu alaihi wa sallam. 13 tahun membina aqidah para sahabat. Sehingga di periode madinah, muncul orang-orang yang memiliki integritas dalam menjalankan tugas-tugas warga Negara dan sebagai hamba Allah.
Di zaman itu diriwayatkan seorang wanita yang datang kepada Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam mengadu untuk dihukum rajam karena berzina. Beliau menangguhkannya sampai melahirkan. Setelah itu dengan sabar wanita ini menunggu masa kelahiran anaknya. Setelah itu, ia kembali kepada Nabi Shallallahu alaihi wasallam. Akan tetapi beliau kembali menangguhkannya, sampai ia selesai menyapih atau menyusuinya. Bukan malah lari atau menghilang, wanita ini justru sadar akan kesalahannya ia tetap sabar menyapih anaknya selama dua tahun. Setelah itu baru ia mendapatkan hukumannya. Dapat dibayangkan seorang yang bersalah, dan tanpa diawasi oleh intelijen, wanita ini siap untuk menerima konsekuensi atas kesalahan yang diperbuatnya. Bukan hanya itu, ia dengan sabar menanti keputusan Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam atasnya. Disitulah puncak peradaban islam. Bukan pada dinasti Abbasiyah, atau Turki Utsmani dengan ciri kejayaan luas wilayah kekuasaan dan kemajuan masyarakat di bidang ekonomi. Bukan itu.
Yang penulis ingin tunjukkan adalah kemampuan islam dalam mencetak manusia-manusia berkualitas. Karena itulah para cendikiawan muslim mendudukkan periode madinah sebagai puncak keberhasilan peradaban islam. Puncak kejayaan itu ada pada system yang berhasil membentuk karakter masyarakat bertauhid. Masyarakat yang berakhlaq dan jauh dari kesyirikan serta disintegrasi. Hal ini tepat dengan apa yang dijelaskan oleh Allah Subhanahu wata’ala.
55. Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembahku-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik.
Demikian gambaran Allah. Persoalan kemakmuran, kekuasaan, keamanan dan kesejahteraan adalah anugrah. Ia adalah hadiah dari Allah Subhanahahu wata’ala. Setelah syarat utama dari perjuangan terealisasi. Ya, Mereka tetap menyembahku-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku, kata Allah selanjutnya. Itu kuncinya, tauhid. Akan tetapi tidak boleh memaknainya sebatas persoalan ibadah saja. Persoalan tauhid adalah persoalan yang melingkupi seluruh dimensi hidup manusia. Orang malas beribadah, shalat, puasa, zakat intinya karena aqidahnya lemah. Lemah keyakinannya dari janji syurga Allah. Itu pula yang menyebabkan seseorang gampang terseret oleh tumpukan uang ketika memuluskan satu tender proyek dan akhirnya berujung di KPK. Ini hanya contoh kecil, masih banyak yang lain.


Gerakan Mahasiswa; antara Idealitas dan Realitas
Mahasiswa dan gerakannya yang senantiasa mengusung panji-panji keadilan, kejujuran, selalu hadir dengan ketegasan dan keberanian. Walaupun memang tak bisa dipungkiri, faktor pemihakan terhadap ideologi tertentu turut pula mewarnai aktifitas politik mahasiswa yang telah memberikan kontribusinya yang tak kalah besar dari kekuatan politik lainnya. Mahasiswa yang merupakan sosok pertengahan dalam masyarakat yang masih idealis namun pada realitasnya terkadang harus keluar dari idealitasnya. Pemihakan terhadap ideologi tertentu dalam gerakan mahasiswa memang tak bisa dihindari.
Itulah yang saya ingin dudukkan di sini. Jika kita melihat, ternyata gerakan mahasiswa telah mengalami pergeseran. Sadar atau tidak, hal itu telah menggerogoti tubuh mahasiswa.  Kita dapat menyatakan bahwa jati diri mahasiswa mengalami pengaburan. Disorientasi visi dan pergeseran esensi gerakan. Seakan-akan Lembaga Kemahasiswaan pun hanya menjadi kendaraan bagi suatu ideologi tertentu. Akhirnya terkadang tak terkendali. Penyimpangan demi penyimpangan pun terjadi.
Peran Mahasiswa dalam Membangun Kampus
Ketika para mahasiswa aktivis berteriak lantang mengangkat wacana pergerakannya. Tentunya sebagai aktivis yang tidak diragukan lagi intelektualitasnya sudah paham betul makna dan konsekuensi terhadap apa yang mereka perjungkan. "Sangatlah dibenci di sisi Allah jika kanm mengatakan apa yang tidak katim kerjakan" (Qs. As-Saff: 3). Maka sangat tidak sepantasnya jika nilai-nilai apa yang diperjuangkan tidak terimplemntasi di lingkungan terdekat mereka, yakni di lingkungan kampus. Apa yang diteriakkan dan dituliskan wacana perubahan bangsa ini sudah selayaknya pula menjadi wacana perubahan kampus para aktivis sendiri.
Kita semua sepakat, mahasiswa berperan sebagai artikulator. Pesan dan perubahan adalah keywordnya, namun persoalan yang perlu untuk kita sorot tajam adalah dampaknya hari ini.Terus terang, secara pragmatis, masyarakat tidak menilai proses apalagi niat, tapi yang mereka nilai adalah hasil karya nyata dari mahasiswa.
Pertanyaan itulah yang pantas kita ajukan. Kalau mahasiswa yang begitu idealis dalam gerakan yang dibangun saat kampus, namun pasca kampus terkadang sangat memilukan. Pasrah, dan hilangnya ghirah (semangat) menjadi virus yang selalu menjangkiti.
Kalau mereka adalah orang yang menolak kapitalisme, justru setelah kampus, mereka-lah yang menjadi pengguna produk kapitalisme. Kalau mereka adalah para penentang diktator, justru mereka-lah yang tak berkutik ketika masuk ke sistem. Kalau dulu mereka adalah pejuang dalam pemberantasan KKN, justru sangat ironi, pasca menerima jabatan, merekalah pelakunya. Kalau dulu mereka adalah penentang kedzaliman, justru pascakampus merekalah yang berbuat dzalim. Kalau dulu mereka adalah aktivis-aktivis ideologis, justru pascakampus mereka hanya menjadi manusia-manusia pragmatis-praktis. Kalau dulu mereka adalah penentang getol produk-produk kapitalisme, justru pascakampus merekalah pengguna setia produknya.

Sungguh deretan pernyataan di atas adalah sesuatu yang memilukan dada. Hanya dengan menghela nafas panjang yang dapat melegakannya. Atas dasar itulah upaya kerja nyata yang diaktualkan sejak dini adalah tanggapan yang tepat. Sudah terlalu lama kita membincang revolusi dan perubahan, toh kenyataannya umat, bangsa dan negara belum juga keluar dari tempurung keterbelakangan.
Perjuangan adalah takaran mutlak perubahan. Tapi ingat, dalam menggaris vektor perubahan, titik awal yang mesti kita tentukan adalah ujungnya mengarah ke mana. Setelah jelas arahnya, maka baru nilainya yang menyusul. Perubahan bukan hanya sekedar semangat. Kita memang rindu  akan hadirnya pembaharu-pembaharu yang mampu memperbaiki kondisi. Akan tetapi bekal untuk perjuangan itu bukan hanya kemauan, visi dan cita-cita. Ia harus dibangun di atas kebijaksanaan seorang berilmu dan prinsip-prinsip itu harus menjadi patron realisasi aksi menuju perubahan.
Dampak ketika tidak di atas petunjuk dan bimbingan prinsip-prinsip ilmu adalah seperti apa yang kita lihat dari berbagai media. Sangat memilukan, mahasiswa meneriakkan revolusi dan memperjuangkan perubahan dan keadilan dan kebebasan. Namun, tepat pada saat yang sama yang terjadi adalah kedzaliman. Untuk itu, perlu dikaji ulang. Apakah hal tersebut adalah jalan atau solusi terbaik dalam melakukan perubahan.
Saat-saat mengapungnya isu dan berita anarkhisme, kita dapati pula mahasiswa yang tengah kepanasan memegang gitar tua, ditemani kawannya yang memegang kotak bertuliskan bantuan korban bencana. Sambil berpeluh, mereka pun bertepuk tangan dan menyanyikan lagu-lagu idealis mereka.
Tidak adakah cara yang lebih intelek untuk meminta bantuan ?!!. Bukankah kita penyeru perlindungan hak-hak rakyat, kok kita yang meminta kepada mereka ?!!. Mari menghela nafas kembali.

Kampus Bertauhid; Puncak Gerakan Mahasiswa
Mengamati realitas kampus aktivis kita saat ini, ditemukan hal yang ganjil. Misalnya, ketika mereka memperjuangkan hak-hak rakyat ternyata yang terjadi, rakyat malah merasa terganggu. Rakyat tidaak merasa sedang diperjuangkan haknya. Belum lagi banyak peristiwa yang mencoreng nama para aktivis di mata rakyat tatkala harus bentrok dengan pihak aparat. Bahkan peristiwa yang paling memalukan adalah banyaknya terjadi kasus tawuran di kalangan mahasiwa. Inikah ciri hidup para mahasiswa aktivis ?. Ketika mereka menggemborkan masalah kapitalisme, adili para koruptor, dan lain-lain, kenyataan yang terjadi, pada saat itu pula disadari atau tidak mereka sendiri yang kapitalis, mereka sendiri yang perlu diadili. Nyontek, bolos kuliah, titip absen dan tindakan lain yang sebenarnya melanggar namun sudah dianggap biasa, bukankan semua itu sangat bertentangan dengan nilai-nilai yang mereka perjuangkan ?. Dan semua itu dilakukan hanya dengan alasan ketidaksetujuan atas sistem pendidikan yang berlaku.
Sudah saatnya kita memfokuskan perjuangan untuk membangun bangsa kita menjadi lebih baik dengan memulai dari kampus. Mari kita lebih dulu membenahi masalah-masalah yang sangat dekat dengan diri kita, sebelum melangkah ke wacana yang lebih besar. Misalnya, masalah tawuran antar fakultas, masih adanya pungli yang dilakukan senior terhadap juniornya. Bahkan yang paling memprihatinkan bagi aktivis beragama Islam adalah masih terjadinya kesyirikan di dalam kampus. Berkeliarannya wanita-wanita yang sengaja mempertontonkan aurat bahkan masih banyak mahasiswa yang belum bisa baca tulis AI-Qur'an.
Oleh karena itu, fokus pergerakan yang efektif dilakukan saat ini adalah dengan melakukan pembinaan terhadap individu-individu mahasiswa agar terbentuk komunitas mahasiswa yang berakhlak dan bertauhid murni. Sebagaimana gerakan Rasululullah Shallallahu alaihi wasallam membentuk dan merubah arab jahiliyah saat itu.
Adapun pembinaan yang dilakukan adalah dengan mengacu pada pembinaan Rasulullah, Muhammad Shalallahu Alaihi Wasallani. "Sesugguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. " (Qs. Al-Ahzab: 21).
Khatimah
Di sesi akhri ini, penulis hanya ingin menyatakan bahwa bangkitnya bangsa dan tegaknya sebuah peradaban tidak cukup hanya dengan artikulasi ide dan pemikiran. Tidak cukup hanya dengan darah dan peluh. Ia butuh kerja nyata. Tidak cukup dengan teriakan-teriakan idealis.
Solusi berikutnya adalah perlunya patron nilai universal yang menjadi prinsip kompetisi yang diakui secara umum oleh semua elemen yang ada. Patron dalam mengawal perubahan yang saya maksudkan adalah budaya ilmiah di lingkungan kampus. Karena kita tidak bisa menutup mata, budaya ini seakan telah tenggelam ditengah temperamental karena kondisi yang labil dan semangat serta idealisme yang tak terkendali.
Oleh karena itu, gerakan mahasiswa sepatutnya harus merevisi patron gerakannya untuk diarahkan dan dibangun di atas prinsip-prinsip ilmiah, budaya ilmu dan diskusi, membaca dan menulis. Budaya berpikir dan berdzikir, tadabbur dan tafakkur. Hingga akan muncul spirit perubahan yang mengarah kepada perubahan berbasis paradigma tauhid.
Karena itu jangan pernah berharap akan terjadi perubahan, jika ruh gerakan pembaruan LK atau mahasiswa adalah budaya-budaya hasil warisan jahiliah. Perpecahan, perang, pertikaian, anarkisme, apalagi ketika lingkar budaya itu telah menjangkau sampai radius aktivitas-aktivitas sia-sia, seperti judi, miras dan pacaran. Jangan pernah berharap. Sekali lagi saya katakan, sedikit pun jangan pernah berharap !!!.
Jangan pernah memimpikan perubahan jika budaya itu masing-masing melingkupi aktivitas-aktivitas kita, dan budaya ilmiah belum menjadi nilai yang dijunjung tinggi dalam realisasi idealisme mahasiswa. Perubahan itu tidak hanya dibawa dengan batu dan darah, tapi perubahan itu dibawa dengan kecintaan terhadap tradisi ilmu, tinta dan peluh. Karena yang kita ingin bangun kembali adalah peradaban yang telah lama hilang. Sebuah peradaban warisan generasi terbaik manusia. Diletakkan pada wahyu ilahi yang paling pertama turun yang mampu mereformasi peradaban hingga memimpin 2/3 belahan dunia. Wahyu yang mengawal transformasi peradaban yang menjadi anugrah dari Allah, hingga menguasai sebagian besar daratan Eropa, Asia dan Afrika selama kurang lebih 700 tahun.
Bacalah, dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan (QS Al-‘Alaq:1)
Ya, wahyu inilah yang saya maksud (Wallohu ta’ala a’lam).
Makassar, 20 Februari 2012
Oleh:Samsuar Hamka
(Alumni Universitas Negeri Makassar)

 
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Al-Ghuraba Official Site - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger