Surat Untuk...

Tanggal sepuluh Juli dua ribu dua belas malam
Untuk # di Benteng Selayar,
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuhu,..
Segala puji hanya milik Allah. Salam dan salawat semoga tetap tercurah ke Nabiullah Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga, dan segenap keluarga beliau.
Alhamdulillah tadi sore saya sudah membeli kitab Minhajul Qashidin bahasa Indonesia. Mohon maaf karena saya tidak tahu buku yang khusus membahas menundukkan pandangan. Sepertinya saya memang tidak pernah membaca buku seperti itu. Yang banyak hanya artikel lepas yang di posting di internet.
Menundukkan pandangan merupakan bagian dari Tazkiyatun Nufus. Karena itulah saya berpikir lebih baik membeli buku yang lebih lengkap dan khusus membahas penyucian jiwa. Sebab jika parsial, yakni hanya menundukkan pandangan saja, sepertinya tidak akan berpengaruh sesuai keinginan kita.
Allah ta’ala (QS.An-Nur: 30-31) memerintahkan laki-laki dan wanita-wanita beriman untuk masing-masing menundukkan pandangan. Sebab itu lebih suci bagi keduanya. Saya pun masih terus berlatih mengamalkan perintah ini. dan insya Allah dengan mengkhatamkan Minhajul Qashidin dapat membantu menundukkan pandangan.
Buku ini menunjukkan keluasan ilmu pengarangnya. Ibnu Qudamah rahimahullah. Berbeda dengan pendapat sebagian orang bahwa penyucian jiwa itu harus dilakukan dengan bertapa dan mantra-mantra tertentu yang tidak ada dasarnya dalam Islam. Kata mereka, penyucian jiwa seperti ini tidak dapat dilakukan oleh orang-orang awam. Karena itulah kita melihat kalangan mereka sendiri memiliki tingkatan-tingkatan tertentu dalam penyucian jiwa. Mulai dari syariat, tarekat, hakikat, dan yang tertinggi ma’rifat. Ibnu Qudamah, menawarkan konsep pembersihan jiwa dari segala kotoran dengan metode yang benar-benar islami. Metoda para pendahulu Islam. Salafush shaleh. Ya, kitab ini dikarang dengan manhaj salaf. Bukan sufi.
Bagian pertama dibuka dengan bab ilmu. Ibnu Qudamah berpanjang lebar tentang ilmu. Seolah ingin menegaskan kepada kita bahwa pembersihan jiwa itu tidak dapat dilakukan kecuali dengan ilmu. Begitulah yang ditegaskan Ustadz Yani ketika mengkaji kitab ini di Mesjid Kampus Unhas. Kitapun melihat,  Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang yang paling bersih hatinya. Beliau selalu mendapat bimbingan wahyu. Pembersihan jiwa beliau tidak dilakukan dengan bertapa, tetapi dengan ilmu dari Allah ta’ala yang tertuang dalam Qur’an dan sunnah. itulah yang diikuti para sahabat. Bermula dari ilmu. Dan itu pula yang diteruskan Ibnu Qudamah kepada kita.
Beliau lalu melanjutkan dengan membahas rukun Islam. Sampai haji. Semua itu tergolong ibadah. Namun tetap saja dikemas dalam nuansa kitab raqaa’iq. Yakni kitab yang disusun khusus untuk menyingkirkan noda-noda hati. Bahasanya ringan dibaca. Tidak berbelit-belit. Khas buku-buku orang berilmu.
Yang istimewa dari buku ini adalah dibeberkannya hal-hal yang dapat merusak sekaligus hal-hal yang dapat memberbaiki. Disamping meningkatkan kewaspadaan pada semua yang merusak juga memotivasi untuk semakin mendekatkan diri pada hal yang memperbaiki.
Saya tak dapat menyebutkan rasa kagumku pada kitab ini. Tak dapat merincinya satu persatu. Sepertinya memang saya yang rendah ilmu dan kosa kata tidak dapat menilai kitab ini selain rasa takjub yang luar biasa. Saya yakin sekali, kitab bahasa arabnya jauh lebih indah tata bahasanya. Ini kuketahui ketika daurah-daurah syaikh dari Saudi beberapa waktu lalu. Meski hanya sedikit mengerti bahasa Arab, saya justru merasa lebih ringan menerima materi dalam bahasa Arab dari pada bahasa Indonesia. Ketika penerjemah menerjemahkan, otak saya terasa bekerja lebih dari yang sebelumnya rileks. Barulah saya mengerti sebuah artikel tentang sekulerisasi Turki. Dikisahkan, sebelum Khilafah Islamiah di runtuhkan dengan bantuan pengkhianat Mustafa Kemal (Bapak negara Turki), bahasa Arab merupakan bahasa pengantar kurikulum Turki. Lalu dirubah menjadi bahasa dan huruf latin pasca Turki merdeka. Seorang pengajar menuturkan, kini muridnya lebih sering bertanya karena sulit mencerna dibanding ketika bahasa Arab digunakan dulu.
Sistematika bab per bab dan sub bab per sub bab juga sangat rapi. Jika harus dirunut dan disyarah (dijelaskan lebih dalam) nampak sekali penyusunan bab sangat terencana dengan ketelitian tingkat tinggi. Padahal dalam kitab ini, Ibnu Qudamah tidak menulis sebab-sebab beliau menyusun bab per bab dengan penataan demikian. Sebagaimana penulis-penulis kontemporer melakukannya. Semua ini, saya yakin, karena dalamnya keilmuwan beliau.
Dari awal hingga akhir kitab ini, tersirat bahwa pembersihan jiwa itu harus atas manhaj salaf. Harus sesuai tuntunan syariat dan tidak mengada-ada.
Namun banyak kejadian membuktikan, meski telah mengikuti daurah dan membaca buku-buku agama, manusia banyak yang tidak berubah. Atau berubah tapi kembali lagi ke kehidupannya yang jahil. Saya ingat pesan Ali bin Abi Thalib radhiallahu ‘anhu,”Beritahukan siapa temanmu, akan kuberitahu siapa kamu”. Maka perhatikanlah dengan siapa kamu berteman! Kurang lebih demikian pesannya. Anekdot mengatakan, “hanya kambing yang sendiri yang diterkam singa”.
Semoga Allah membersihkan hati kita dari segala noda. Semoga Allah senantiasa menjaga kita dengan mulazamah yang baik dengan saudara-saudara seiman.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuhu..


Share this article :
 
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Al-Ghuraba Official Site - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger